MENUJU BUITENZORG UNTUK BERTEMU PRESIDEN

  • by

Fajar menyingsing di langit Pondok Cabe, tak begitu cerah juga tak begitu gelap, mungkin polusi yang tak kunjung membaik membuat pancaran langit Kota Tangerang Selatan sedikit muram. 

Pagi itu, Selasa 26/09/2023, tak seperti hari biasanya, siswa-siswi SMP Mumtaza pukul 05.30 pagi sudah berduyun-duyun menuju parkiran ‘Petronas’, bagian selatan Kampus II Mumtaza Islamic School, Pondok Cabe.

Para siswa terlihat memakai kaos polo lengan pendek warna coklat polos, ada yang dikancingkan, ada juga yang tidak sehingga terlihat kaos hitam yang dirangkap, beberapa ada yang bertopi, dan tak lupa ransel-ransel berisi perlengkapan yang harus dibawa sesuai arahan Ms. Windy pada hari sebelumnya, mereka gendong seperti tak ada beban. 

Para guru dengan kaos polo hijau tosca, wara-wiri keluar-masuk bus untuk memastikan anggota kelompoknya lengkap, tidak ada satupun yang tertinggal. Satu guru terlihat sedang menelpon dengan wajah yang agak sedikit panik karena satu anak didiknya belum kunjung datang meski waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi, yang seharusnya bus sudah harus berangkat. Tak berselang lama, satu mobil datang diikuti seorang siswa keluar dari dalam mobil dengan tergesa-gesa langsung berlari menuju bus yang akan dinaikinya.

“Nunggu apa lagi?”, tanya Ms. Kalista kepada guru-guru yang sedang berkumpul.

“Ayo, sudah jam 6 lebih ini!”, tegas Ms. Kalista.

Seluruh siswa SMP Mumtaza beserta guru dan staf pun berangkat. Meskipun agak sedikit mundur dari jam yang ditentukan dan juga ada beberapa keriweuhan sebelum keberangkatan, tak mengurangi semangat dan suka cita para siswa. Wajah-wajah sumringah siswa-siswi menghiasi perjalanan menuju Buitenzorg, kota yang akan menjadi destinasi kegiatan kali ini. Buitenzorg merupakan sebutan untuk Kota Bogor ketika masa Kolonial Belanda dulu yang berarti “tanpa kecemasan” atau “aman tentram”.

Destinasi yang pertama kami kunjungi adalah Museum Kepresidenan atau Balai Kirti. Semua siswa dan juga guru diperiksa secara protokoler oleh paspampres ketika memasuki Balai Kirti. Gedung Balai Kirti memang masih dalam area Istana Presiden Bogor, sehingga protokol masih harus dijalankan kepada para pengunjung. Balai Kirti ini dulu dibangun ketika masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Memasuki pelataran Balai Kirti, kami semua disambut ‘senyum’ para Presiden RI yang terpampang di kanan-kiri tiang gedung. Soekarno seperti biasa dengan baju safarinya ada di sebelah kiri, kemudian di kanannya ada Soeharto diikuti Abdurrahman Wahid di belakangnya, di kirinya ada Habibie diikuti Megawati, dan terakhir di sebelah kanan ada Susilo Bambang Yudhoyono.

Siswa-siswi kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk bergantian menjelajahi area Museum Kepresidenan dengan didampingi oleh pemandu dari petugas Balai. Kelompok pertama diarahkan melihat monumen-monumen dari para presiden RI yang sudah purna sambil mendengarkan cerita dan penjelasan pemandu.

Kelompok lainnya, memasuki ruangan studio yang mampu memuat kurang lebih hanya 30 an pengunjung ditambah layar besar berukuran 5 x 2 meter menempel di dinding. Siswa-siswi SMP Mumtaza dengan khusyuk menonton memoar para Presiden RI yang telah purna menjabat.

Kemudian, ada kelompok yang sudah naik ke lantai dua menuju perpustakaan yang memuat buku-buku atau karya tulis mengenai para presiden. Bukan hanya karya yang membicarakan atau meneliti mengenai para presiden, tetapi juga hasil karya tulis para presiden sendiri. Terpampang seperti karya Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur, Islam Kosmopolitan, Islamku Islam Anda Islam Kita. kemudian, karya terkenal presiden pertama Indonesia, Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi juga tersusun rapi di antara buku-buku lainnya.

Setalah menjelajahi dan wisata masa lalu untuk mengenal serta mengenang para pemimpin NKRI di Balai Kirti, siswa-siswi SMP Mumtaza menuju pemberhentian berikutnya yakni Kebun Raya Bogor. Cuaca Buitenzorg yang cerah dengan udara yang segar memberikan keceriaan pada wajah siswa dan memberikan tambahan semangat untuk berjalan bersama sekitar 1 km dari Balai Kirti menuju Kebun Raya.

Pepohonan yang rindang, yang jarang sekali ditemui di Tangerang Selatan, memayungi serta memberikan kesegaran udara bagi para pengunjungnya. Siswa-siswi juga kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menjelajahi Kebun Raya.

Ada satu tempat di dalam Kebun Raya Bogor yang perlu check-in kembali atau tiketnya beda lagi, yakni di Museum Zoologi. Museum ini berisi berbagai fosil hewan yang diawetkan. Para siswa antusias menjelajahi Kebun Raya, ada beberapa siswa yang menyewa sepeda untuk lanjut eksplor secara mandiri bersama teman-temannya. Senyum merekah terlihat dari salah seorang siswi yang menaiki sepeda yang hampir menabrak temannya.

Eksplorasi di luar kelas seperti kegiatan di Balai Kirti dan Kebun Raya Bogor ini, menjadi pengalaman yang berharga untuk para siswa agar belajar secara langsung di luar kelas. Dalam suasana yang autentik, siswa-siswi tidak hanya menyaksikan sejarah yang tertulis, tetapi juga merasakannya dengan semua indera.

Melalui langkah-langkah di Balai Kirti, seluruh siswa belajar bahwa sejarah lebih dari sekadar rangkaian kejadian, tapi juga kisah perjuangan dan pencapaian yang membentuk identitas seorang anak manusia, manusia Indonesia.

Pengalaman di Kebun Raya Bogor mengajarkan para siswa tak hanya diajak untuk mengamati ragam tanaman langka, tapi juga untuk merasakan keindahan alam dengan segala keanekaragamannya. Pelajaran biologi di dalam buku teks menjadi lebih hidup saat dilihat secara langsung keajaiban alam yang tersembunyi di dalam kebun raya ini. 

Eksplorasi di luar kelas bukan hanya tentang memperluas pengetahuan, tetapi juga tentang membuka mata dan hati terhadap keajaiban dunia di sekitar. Dengan begitu, setiap langkah di dunia luar adalah bagian dari kurikulum kehidupan yang tak terbatas, membentuk karakter dan pandangan hidup untuk menjadi generasi yang penuh pemahaman dan apresiasi terhadap lingkungan serta sejarah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.